Dilansir dari The Guardian, otoritas Gaza menduga Israel telah melanggar gencatan senjata sebanyak 47 kali sejak awal Oktober 2025. Serangkaian serangan udara dan artileri tersebut menyebabkan sedikitnya 38 warga Palestina tewas dan lebih dari 140 orang lainnya luka-luka.
Salah satu insiden paling mematikan terjadi di kawasan Zeitoun, Gaza City, ketika serangan Israel menghantam satu keluarga yang tengah berada di dalam kendaraan. Sebanyak 11 orang tewas, termasuk tujuh anak dan tiga perempuan. Otoritas Gaza menyebut serangan itu terjadi tanpa peringatan dan melanggar kesepakatan gencatan yang masih berlaku.
Militer Israel (IDF) mengklaim serangan dilakukan sebagai tanggapan atas aktivitas H*m*s yang diduga berasal dari wilayah tersebut. Namun, Ha*m*s membantah tuduhan itu dan menegaskan pihaknya tidak melakukan pelanggaran di Rafah maupun wilayah Gaza lainnya.
Juru bicara pertahanan sipil Gaza, Mahmoud Basal, mengatakan pelanggaran demi pelanggaran membuat warga kehilangan kepercayaan terhadap komitmen gencatan. “Setiap hari ada korban baru. Tidak ada tempat yang benar-benar aman di Gaza,” ujarnya.
Kementerian Kesehatan Gaza menambahkan, sebagian besar korban adalah warga sipil yang terjebak di area padat penduduk. Serangan ini juga memicu gelombang kecaman internasional dan seruan agar PBB segera turun tangan mengawasi penerapan gencatan senjata.
source : The Guardian
???? : Ezaldin Albaba




.jpg)





