DENPASAR, URBANFEED — Calista Amoree, mahasiswa calon dokter dari Universitas Udayana (Unud), akhirnya muncul ke publik setelah diam pasca mencuatnya kasus dugaan perundungan dalam grup percakapan daring yang menyinggung meninggalnya seorang mahasiswa bernama Timothy.
Kasus ini menjadi sorotan publik setelah tangkapan layar berisi percakapan sejumlah mahasiswa Unud tersebar luas di media sosial. Dalam percakapan tersebut, muncul komentar yang dianggap tidak berempati terhadap kematian Timothy, hingga memicu kemarahan warganet.
Setelah beberapa hari bungkam, Calista Amoree yang disebut-sebut terlibat dalam percakapan itu akhirnya menyampaikan permintaan maaf melalui unggahan video di akun Instagram pribadinya, @calistaamoree, pada Minggu (19/10/2025). Video berdurasi 1 menit 35 detik itu memperlihatkan Calista berbicara dengan nada menyesal dan penuh penyesuaian diri atas tindakan masa lalunya.
Dalam unggahan tersebut, Calista menulis caption berisi pernyataan maaf dan refleksi atas tindakannya.
“Saya menyadari bahwa tindakan dan perkataan saya beberapa waktu lalu mencerminkan ketidakpekaan yang tidak seharusnya terjadi. Dari kejadian ini, saya banyak belajar tentang empati, tanggung jawab, dan bagaimana setiap kata bisa berdampak besar bagi orang lain,” tulisnya.
Calista juga menambahkan permintaan maaf secara langsung kepada keluarga almarhum Timothy dan semua pihak yang merasa tersakiti.
“Saya meminta maaf dengan tulus kepada keluarga almarhum Timothy, juga kepada semua pihak yang merasa tersakiti. Semoga dari kesalahan ini saya bisa menjadi pribadi yang lebih peka dan bijak ke depannya,” lanjutnya.
Unggahan itu mendapat berbagai respons dari publik. Sebagian warganet mengapresiasi langkah Calista yang berani meminta maaf secara terbuka, namun tidak sedikit pula yang menilai pernyataan tersebut datang terlambat setelah kasusnya menjadi viral.
Sementara itu, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Prof. Brian Yuliarto, turut menanggapi kasus ini. Ia menegaskan bahwa perguruan tinggi tidak boleh menjadi tempat lahirnya kekerasan, perundungan, atau diskriminasi dalam bentuk apa pun.
“Kampus harus menjadi ruang yang aman. Kami sudah mendapat laporan dari Rektor bahwa Unud membentuk tim untuk menginvestigasi apa yang sebenarnya terjadi, serta melakukan pendampingan, baik untuk keluarga maupun pihak-pihak lain yang terhubung dengan kasus ini,” kata Menteri Brian dikutip dari laman resmi Kemendiktisaintek, Senin (20/10/2025).
Menurut Brian, Kementerian juga berkomitmen untuk memperkuat kebijakan pencegahan perundungan di lingkungan pendidikan tinggi. Ia menegaskan bahwa setiap mahasiswa berhak mendapatkan lingkungan belajar yang menghargai martabat, empati, dan keamanan psikologis.
“Pendidikan tidak hanya soal akademik, tetapi juga pembentukan karakter. Kasus ini harus menjadi refleksi bagi semua pihak bahwa empati dan tanggung jawab sosial adalah bagian penting dari intelektualitas,” ujar Brian.
Hingga berita ini diterbitkan, pihak Universitas Udayana belum mengeluarkan pernyataan resmi mengenai hasil investigasi internal yang dilakukan. Namun, berdasarkan laporan yang diterima Kemendiktisaintek, tim khusus sudah dibentuk untuk menangani kasus tersebut dan memberikan pendampingan psikologis kepada pihak-pihak yang terdampak. (MIN)
Penulis : dhika




.jpg)





Komentar (0)
Tinggalkan Komentar