Angka Kematian Remaja Dunia Meningkat, Studi Lancet Sebut Sebagai Krisis Baru

Angka Kematian Remaja Dunia Meningkat, Studi Lancet Sebut Sebagai Krisis Baru
12 Oktober 2025 — Sebuah studi Global Burden of Disease (GBD) yang dipublikasikan dalam The Lancet dan dipresentasikan pada World Health Summit di Berlin memperingatkan lonjakan kematian pada remaja dan dewasa muda yang selama ini relatif stagnan meski angka kematian global secara umum menurun. Peneliti mencatat bahwa meskipun rata-rata kematian global turun di 204 negara dan ekspektasi hidup melonjak setelah pandemi COVID-19, “angka kematian tetap tinggi atau bahkan meningkat pada kelompok 15–29 tahun,” akibat faktor seperti minuman keras, penggunaan narkoba, bunuh diri, kecelakaan, infeksi, dan cedera. (Studi GBD, 12 Oktober 2025)
Sesuai data, penyakit tidak menular seperti penyakit iskemik jantung, stroke, dan diabetes kini menyumbang hampir dua pertiga dari beban kematian dan disabilitas global. Para peneliti memperkirakan bahwa hampir separuh kematian dan kecacatan bisa dicegah dengan modifikasi risiko utama seperti tekanan darah tinggi, indeks massa tubuh berlebih, gula darah tinggi dan polusi udara.
“Temuan ini merupakan alarm keras. Jika kita tidak berfokus mengambil tindakan preventif terhadap faktor risiko, generasi muda bisa kehilangan momentum,” kata salah satu peneliti GBD selama presentasi di Berlin.
Studi ini juga mengungkapkan, di Amerika Utara dan sebagian Amerika Latin, kenaikan kematian remaja sebagian besar disebabkan oleh bunuh diri dan penyalahgunaan alkohol dan narkoba. Di negara-negara Afrika sub-Sahara, kontribusi kematian remaja masih didorong oleh infeksi dan cedera.
Dengan fakta bahwa global life expectancy (harapan hidup) telah pulih—menjadi 76,3 tahun bagi perempuan dan 71,5 tahun bagi laki-laki—para peneliti menyebut bahwa “ketimpangan geografis tetap tajam,” dengan angka harapan hidup di wilayah berpenghasilan rendah jauh di bawah negara maju. Studi menekankan pentingnya intervensi kesehatan masyarakat dan kebijakan sosial yang ditargetkan khusus bagi populasi muda.
Sementara itu, di World Health Summit 2025 yang berlangsung sejak 12 Oktober di Berlin, thema “Taking Responsibility for Health in a Fragmenting World” menjadi panggung penting di mana para pembuat kebijakan, peneliti, dan organisasi global mendiskusikan strategi memperkuat sistem kesehatan, kesiapsiagaan pandemi, dan pemerataan akses pelayanan kesehatan.
Studi GBD 2025 ini menjadi pengingat bahwa kemajuan dalam pengendalian penyakit menular dan peningkatan harapan hidup tidak otomatis memastikan perlindungan untuk semua kelompok usia—khususnya remaja dan dewasa muda — sehingga diperlukan kebijakan kesehatan terpadu dan penanganan faktor risiko sejak dini.
Berita Sebelumnya

WHO Peringatkan 1 dari 6 Infeksi Kini Kebal Obat, Jerman Kucurkan Rp1,7 Triliun untuk Dukung Vaksina

Berita Selanjutnya

Ilmuwan Ciptakan Chip Hibrid 2D-Silicon, Lonjakan Teknologi Mikroelektronika Global

Tinggalkan Komentar